Sabtu, 10 November 2012

The Black Eyed Peas

Sejarah

1988-2000: Asal, Formasi, Behind the Front, dan Bridging the Gap

Black Eyed Peas pada tahun 2001
Pada 1988, ketika William Adams (will.i.am) dan Allan Pineda (apl.de.ap) yang duduk di kelas delapan, saling bertemu, mulai bermain rap dan tampil bersama di sekitar Los Angeles. Pasangan ini menandatangani Ruthless Records (dijalankan oleh Eazy-E) pada tahun 1992, menarik perhatian manajer dari Eazy-E, keponakan Jerry Heller. Dante Santiago bergabung dab sering disebut trio Atban Klann (ATBAN: A Tribe Beyond a Nation).[3] Will 1X (alias will.i.am), apl.de.ap, Mookie Mook, DJ Motiv8 (alias Monroe Walker) dan Dante Santiago membentuk Atban Klann. Album debut mereka, Grass Roots, tidak pernah dirilis karena pendiri Ruthless, Eazy-E telah meninggal.[3]
Setelah Eazy-E meninggal pada tahun 1995, Atban Klann diperbarui dan berganti nama menjadi Black Eyed Pods dan kemudian Black Eyed Peas. Dante Santiago diganti dengan Jaime Gomez (Taboo), dan Kim Hill menjadi penyanyi latar belakang. Tidak seperti aksi hip-hop kebanyakan, mereka memilih untuk tampil secara live band dan mengadopsi gaya musik dan pakaian yang jauh berbeda seperti "Gangsta Rap" di Los Angeles yang berbasis hip-hop pada saat itu. Setelah menandatangani kontrak dengan Interscope Records dan merilis debut mereka, Behind the Front (1998), grup ini (dan band yang menyertai mereka) mendapat pujian kritis. Salah satu hits singel dari album ini adalah "Joints & Jams", yang menjadi salah satu soundtrack film Bulworth. Album kedua mereka adalah Bridging the Gap (2000), yang telah melahirkan hits "Request + Line" bersama Macy Gray.

[sunting] 2001-04: Bergabungnya Fergie dan Elephunk

The Black Eyed Peas sedang menandatangani autograf sebelum konser di East Stroudsburg University di Pennsylvania.
Album ketiga mereka, Elephunk mulai dikembangkan pada 2 November 2001, tapi tidak dirilis hingga tahun 2003. Ini adalah album pertama mereka yang menampilkan vokal dari Fergie. Nicole Scherzinger awalnya didekati untuk bergabung dengan Peas, namun terpaksa menolak karena dia adalah anggota dari Eden's Crush dan berada di bawah kontrak. Dante Santiago kemudian memperkenalkan will.i.am dengan Fergie, yang bergabung dengan band pada tahun 2002. Elephunk juga merupakan album pertama yang menunjukkan suara pop baru yang dipoles dan dirancang untuk menarik khalayak masa serta untuk pertama kalinya di bawah nama THE Black Eyed Peas.
Sementara itu, Fergie sendiri mengingat alasannya bergabung dengan grup ini dikutip oleh penulis Inggris, Pete Lewis dari majalah Blues & Soul:
"Aku pertama kali pergi untuk melihat The Black Eyed Peas pada tahun 1998 di sebuah tempat bernama El Rey Theatre di LA. Karena mereka bergaya hip-hop abstrak, eklektik dan teatrikal, ada sesuatu tentang mereka yang aku tahu bahwa aku dapat memperkokohnya. Jadi beberapa tahun kemudian, ketika grup saya Wild Orchid dan The Peas kebetulan berada di sebuah acara radio pada saat yang sama, aku pergi ke will.i.am, bergegas dan mengatakan kepadanya bahwa aku ingin bekerja dengannya untuk selamanya! Kami bertukar nomor dan ketika mereka membutuhkan penyanyi untuk lagu mereka 'Shut Up!' "disitulah kami benar-benar mulai bekerja sama".[4]
apl.de.ap dan Fergie
Dari Elephunk muncul "Where is the Love?", yang menjadi hit besar pertama The Black Eyed Peas, mencapai No.8 di Hot 100 AS, namun memuncak di tangga lagu beberapa negara lain, termasuk No.1 selama tujuh minggu di Inggris, di mana menjadi singel terlaris tahun 2003. Singel ini memiliki hasil yang sama di Australia, menetap di No.1 selama enam minggu. Dalam sebuah wawancara dengan TalkofFame.com, Taboo mengatakan bahwa putusnya Justin Timberlake dengan Britney Spears berdampak pada rekaman "Where is the Love?".[5]
Album ini kemudian menelurkan "Shut Up", yang memuncak pada No.2 di Inggris dan menduduki puncak tangga lagu di banyak keberhasilan, serta mendapat sertifikasi Gold dan Platinum di AS, Inggris, Jerman, dan pasar Eropa lainnya.
Singel ketiga dari album ini, meskipun secara signifikan dibenahi dari versi Elephunk asli, "Hay Mama" menduduki 5 besar di Australia dan 10 besar di Inggris, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya dan mencapai No. 23 di AS.
Single keempat mereka dari album ini berjudul "Lets Get It Started", yang diberi judul ulang dari nama aslinya "Lets Get Retarded". "Lets Get It Started" memenangkan Penghargaan Grammy tahun untuk Penampilan Rap Terbaik oleh Duo atau Grup dan juga menerima dua nominasi untuk Rekaman Tahun Ini dan Lagu Rap Terbaik.
Pada tahun 2004, The Black Eyed Peas memulai Elephunk Tour, mendatangi banyak negara di Eropa dan Asia.

[sunting] 2004-07: Monkey Business

The Black Eyed Peas tampil pada 24 Agustus 2006
Album keempat mereka, Monkey Business, direkam pada tahun 2004 dan dirilis pada 7 Juni 2005. Singel pertama album, "Don't Phunk with My Heart", merupakan hits di AS, mencapai nomor tiga di US Hot 100. Lagu ini mencapai pencapaian tertinggi selama karir mereka di Amerika Serikat (kemudian dipatahkan ketika "Boom Boom Pow" memuncak di tempat atas Billboard Hot 100) dan menerima Penghargaan Grammy untuk Penampilan Rap Terbaik oleh Duo atau Kelompok. Lagu ini mencapai nomor tiga di Inggris, nomor lima di Kanada, dan menetap di nomor satu selama tiga minggu di Australia. Beberapa stasiun radio yang prihatin tentang keluhan pornografi, memainkan versi alternatif, "Don't Mess with My Heart". "Don't Lie", singel kedua dari album, terlihat sukses di US Hot 100, mencapai nomor 14, meskipun agak lebih sukses di Inggris dan Australia yang mencapai puncak No.6 di kedua negara. "My Humps", lagu lainnya dari album, mencapai sukses komersial di Amerika Serikat dan banyak radio yang memutarnya meskipun lirik bernada seksual sehingga mencapai nomor tiga di US Hot 100 dan nomor satu di Australia. Namun, banyak yang mengejek lagu karena isi liriknya tidak bagus; John Bush menulis untuk Allmusic, menggambarkannya sebagai "salah satu pertunjukan rap paling memalukan di milenium baru".[6] Meskipun demikian, album Monkey Business memulai debut di nomor dua tangga lagu album Billboard 200 yang menjual lebih dari 295.000 kopi dalam minggu pertama dan kemudian bersertifikat triple platinum oleh RIAA. Singel terakhir mereka dari album ini "Pump It" memuncak di nomor 8 di Australia namun hanya nomor 18 di Amerika.
Selain sebagai sebuah album hip-pop, Monkey Business menampilkan beberapa gitar akustik dimainkan oleh Jack Johnson dalam singel "Gone Going". Pada bulan Desember 2005, mereka memulai "European Tour" yang mengunjungi beberapa negara di Eropa.

[sunting] 2009-2010: The E.N.D. dan The E.N.D World Tour

The Black Eyed Peas tampil pada 7 Oktober 2009
Album kelima mereka, The E.N.D. ("The Energy Never Dies"), dirilis pada 9 Juni 2009. Singel pertama "Boom Boom Pow" dikirim ke radio AS pada 10 Maret 2009 dan dirilis pada 30 Maret 2009 di iTunes. Singel ini terjual 465.000 download dalam minggu pertama rilis digital, mencapai Nomor 1 di Billboard Hot 100 dan Pop 100. Ini menjadi singel pertama grup untuk pencapaian no. 1 di AS dan memegang tempat selama dua belas minggu berturut-turut. Singel ini juga mencapai nomor 1 di Australia, Kanada, dan Inggris. Album ini lebih ke arah elektro hop daripada hip pop/R&B seperti album mereka sebelumnya. Tiga singel promosi, "Imma Be", "Alive", dan "Meet Me Halfway", dirilis melalui iTunes Store dalam tiga minggu sampai dengan album dirilis. Pada minggu pertama, album ini terjual 304.000 kopi dan menjadi debut di nomor 1 Billboard 200. Di Amerika Serikat, album ini menjadi album kesembilan atas satu juta penjualan pada tahun 2009. Album ini telah menghabiskan 38 minggu dalam 10 besar di Billboard 200. The E.N.D. adalah album terlaris ke-7 di AS sepanjang 2009. Lagu ini juga memulai debutnya pada nomor satu di Australia, nomor dua di Selandia Baru dan nomor tiga di Inggris.
Setelah merilis The E.N.D., The Black Eyed Peas merilis "I Gotta Feeling" sebagai singel kedua dari album dan diproduksi oleh David Guetta. Selain itu, kolaborasi artis ini dengan Black Eyed Peas merupakan alasan yang signifikan dari keberhasilan grup saat ini.[7] "I Gotta Feeling" naik ke nomor satu di tangga lagu iTunes AS menggantikan "Boom Boom Pow" yang turun ke nomor dua. Singel ini mencapai nomor tiga dan kemudian melesat ke nomor satu di UK Singles Chart. Singel ini pun memulai debutnya di nomor 2 Hot 100 di belakang "Boom Boom Pow" dan kemudian mengambil tempat nomor 1.[8] The Dari 18 April 2009, ketika "Boom Boom Pow" mencapai no. 1 sampai minggu terakhir tanggal 10 Oktober 2009, "I Gotta Feeling" berada di no. 1, grup ini menetap di puncak tangga lagu selama 26 minggu, lebih berurutan daripada artis lain.
The Black Eyed Peas di Paris selama The E.N.D. Tour.
"Meet Me Halfway" dirilis sebagai singel ketiga dari album pada bulan September 2009. Singel ini mencapai nomor satu di Inggris dan Australia dan juga memuncak pada nomor tujuh di Billboard Hot 100 AS, menjadikannya singel ketiga dari The E.N.D. yang menduduki 10 besar.
"Imma Be" dirilis sebagai singel keempat di AS pada tanggal 15 Desember 2009, mencapai nomor 1 di Billboard Hot 100 selama dua minggu dan nomor 5 di Canadian Hot 100. "Rock That Body" kemudian dirilis sebagai singel kelima dan sejauh ini telah mencapai angka 9 di Billboard Hot 100.
Grup ini tampil di Penghargaan Grammy pada tanggal 31 Januari 2010. Mereka menampilkan perpaduan "Imma Be"/"I Gotta Feeling". Pada malam yang sama, mereka memenangkan 3 dari 6 penghargaan yang dinominasikan termasuk untuk Album Vokal Pop Terbaik untuk END, Penampilan Vokal Pop Terbaik oleh Grup untuk "I Gotta Feeling" dan Video Pendek Terbaik untuk "Boom Boom Pow" .

[sunting] 2010-sekarang:The Beginning

The Black Eyed Peas pada pertemuan Walmart, 2011
Pada tanggal 6 Juni 2010, grup ini menegaskan bahwa mereka bekerja untuk sebuah album baru dalam sebuah wawancara untuk The Big Issue. Album ini digambarkan sebagai sekuel dari The E.N.D. Will.i.am mengumumkan bahwa album baru mereka yang "melambangkan pertumbuhan, awal yang baru dan memulai sebuah perspektif baru yang segar" akan berjudul The Beginning. Album ini dirilis pada 30 November 2010 dan menerima tinjauan yang beragam.[9] Singel pertama album tersebut yaitu "The Time (Dirty Bit)"[10] dan dibeberkan pada tanggal 20 Oktober 2010 melalui akun twitter will.i.am. Video musik ini disutradarai oleh Kaya Lee, yang sebelumnya mengarahkan video untuk "Imma Be Rocking That Body".
"Just Can't Get Enough" telah dikonfirmasi sebagai singel kedua di BlackEyedPeas.com pada tanggal 11 Januari, bertentangan dengan rumor bahwa "Whenever" dan "The Best One Yet (The Boy)" yang akan menjadi singel berikutnya.
Singel kedua album tersebut, "Just Can't Get Enough" dirilis pada 18 Februari 2011. Video musik dirilis pada 16 Maret 2011 dan difilmkan di Tokyo, satu minggu sebelum gempa dan tsunami. Video ini disutradarai oleh Ben Mor.
Pada tanggal 17 Maret, Black Eyed Peas tampil di acara eliminasi American Idol menyanyikan "Just Can't Get Enough". Will.i.am memberitahu pada awal lagu bahwa lagu itu didedikasikan untuk "teman-teman di Jepang".

Kamis, 18 Oktober 2012

Ignatius Rosoinaya Penyami (Saykoiji)

Saykoji

Ignatius Rosoinaya Penyami (disingkat Igor) atau lebih terkenal dengan nama Saykoji (lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur, 8 Juni 1983; umur 29 tahun) adalah seorang rapper Indonesia.

Karier

Lewat lagu "So What Gitu Loh" di album pertama nama Saykoji mulai dikenal publik pada tahun 2006. Saat itu, Saykoji merupakan salah satu penyanyi rap yang cukup diperhitungkan setelah era Iwa K meredup. Setelah cukup sukses dengan album pertama, Saykoji pun merilis album kedua dengan singel "Jomblo" yang juga populer di kalangan generasi muda, Setelah itu Saykoji pun ikut dalam kompilasi album yang dirilis EMI dan mengeluarkan singel "Kecoa ngesot".
Saykoji hanya terdiri satu penyanyi, yakni Ignatius Rosoinaya Penyami, atau lebih sering dipanggil Igor. Sebelumnya, Igor tidak terlalu menyukai musik rap, karena musik rap tidak jelas dalam melantunkan syair. Namun saat mendengarkan musisi rap Indonesia, Black Skin, Iwa K, dan Neo akhirnya ia mulai menyukai musik rap dan mempelajarinya lebih lanjut. Ia memilih nama Saykoji sebagai nama panggungnya. Hal ini berdasarkan pengalamannya sewaktu masih bersekolah. Pada saat itu, ia dikenal sebagai siswa yang penyendiri, sehingga pernah disebut sebagai pschyo. Dari julukan inilah, nama Saykoji (ejaan Inggris-Indonesia untuk Psycho G) muncul[1].
Dalam formasi panggung, Saykoji biasanya terdiri dari Guntur Simbolon dan Della MC dari Batik Tribe. Igor pun memiliki satu group rohani yang bernama Disciples bersama tiga sahabat lainnya yaitu JFlow, Guntur Simbolon, Rendy Rainhard.
Pada pertengahan 2009, Saykoji kembali meluncurkan single baru berjudul Online. Meski baru berupa single, namun lagu ini sudah mampu terkenal dengan cepat, bahkan dijadikan lagu tema sebuah produk telepon selular, sehingga lagu ini semakin populer. Saykoji juga mengeluarkan single kontroversial berjudul Copy My Style, yang menceritakan pemalsuan hak cipta lagu Saykoji Tahukah Kau.
Kini Saykoji tengah merampungkan album ketiganya dengan single Narsis pada tahun 2010.

Kehidupan pribadi

Igor atau Saykoji telah memiliki anak bernama Aaron Miguel Penyami dari hasil pernikahannya dengan Tessy Penyami.

Diskografi

Album

  • 2005 : Saykoji diedarkan oleh Blackboard / EMI Records
  • 2006 : Musik Hati diedarkan oleh Blackboard / EMI Records
  • 2008 : Disciples : Switch diedarkan oleh Impact Music

Filmografi

Iklan


Sabtu, 01 September 2012

Rapper 8 Ball

M. Iqbal merupakan Rapper Maluku yang lahir di Malang yang mulai ngerap sejak tahun 2003 di Jogja. Rapper yang menggunakan nama 8ball untuk nama panggungnya ini, sudah terbiasa untuk mendengarkan musik sejak kecil. Bagi 8ball, Hip Hop memiliki daya tarik tersendiri, hingga memilih rap sebagai cara untuk menyampaikan pesannya. Dengan memiliki influence yang beragam, membuat lagu-lagunya menjadi tidak biasa di tambah karakter suara dan click rapping yang kuat. Seperti kebanyakan rapper, 8Ball juga menulis semua liriknya sendiri. Lirik yang di tulis terinspirasi dari kejadian kejadian di masyarakat dan mengamati kehidupan asmara orang orang di sekitarnya. Lirik yang Cerdas, Jelas, Tegas apa adanya membuat banyak orang yang telah mendengarkannya selalu ingin mendengarkan ulang dan menunggu karya selanjut nya.
Lagu pertamanya berkolaborasi dengan Dimas dengan membentuk Group "Blues Clues" dengan single “Ah sudah ah” di buat setelah menetap di Jogja untuk Kuliah. Tahun 2008, 8Ball mulai memproduksi Lagu Solo-nya. Lagu “Menikahlah Dengan ku”, “Menunggu”, “Pria Banding” adalah 3 lagu yang mulai di garap serius. Saat ini 8Ball sudah memiliki banyak lagu yang di bagikan (Bebas di Unduh/Download) gratis di web Reverbnation.com. Tema dan Lirik di Lagu-lagu yang bebas di unduh ini memiliki banyak variasi, mulai dari yang Serius, Komedi, sampai yang Nakal.
Saat ini di Situs Reverbnation.com, untuk tingkat Nasional (Indonesia) 8Ball menempati posisi ke 2 di bawah Saykoji. Untuk tingkat Regional Jogja, 8Ball menempati posisi Pertama. 8Ball melakukan semua secara bertahap mulai dari Jogja, Jakarta dan kota kota lain. Manggung di kafe-kafe, pentas jalanan, Club, sampai di event Internasional berggengsi Ambon Jazz Plus Festival 2009 lalu.
Jogja Hiphop Foundation yang di gawangi oleh Marzuki (Kill the DJ), sempat mengajak 8ball dan dimas dalam kompilasi Poetry Battle. Dalam kompilasi ini, "Blues Clues" mengganti nama-nya menjadi Gatholoco. Poetry Battle itu adalah kompilasi dimana liriknya di ambil dari puisi puisi karya dari para pujangga. 8Ball juga masuk dalam Film Dokumenter HipHopDiningrat yang di besut oleh Jogja HipHop Foundation. Di Film itu 8Ball menjadi satu satunya Rapper yang berasal dari luar jawa.
8Ball juga membentuk Grup “The Bakutumbu”, sebagai salah satu kontribusinya untuk mengangkat saudara saudara malukunya untuk Ngerapp. The Bakutumbu group ini menjadi salah satu kelompok hip-hop fenomenal dari Maluku. Dia telah memberikan pengaruh pada masyarakat muda di Maluku pada khususnya, bersama dengan mitra rap-nya selama 2 tahun, Aditya Angwarmase dan Gilang Ayuba. Dengan group ini, 8Ball berhasil mengajak teman temannya yang satu daerah untuk berani berkarya dan mengembangkan keahlian dari mereka.
Dalam membuat lagunya, 8ball bekerjasama dengan produsen berbakat dan beberapa seniman dari Indonesia dan luar negeri seperti Mo Charizma (ZeroOne Studio, Jakarta), Faredeck Janjaan (Takaruang Music Lab, Jogjakarta), Ambonwhena (Belanda) dan masih banyak lagi.
Saat ini 8ball memiliki fans base yang besar dan tersebar di seluruh nusantara, dan tidak sedikit yang menjadi penggemar fanatik. Ini dapat di lihat pada lagu “Reason” dengan banyaknya respon untuk dimasukkan dalam satu track yang ada di CD ini. Respon di FB yang melalui Private Message (INBOX) juga banyak, dan ada beberapa permintaan untuk membentuk komunitas “8Ball KnEights” (Sebutan penggemar 8Ball) di beberapa daerah. Kantong Fans Base 8 Ball yang banyak ada di kota Jakarta, Bandung, Ambon, Ternate, Kupang, Batam, Balikpapan, Samarinda dan Papua.











Jumat, 03 Agustus 2012

Jogja HipHop Foundation (JHF)

Pernah dengar Jogja Hip Hop Foundation (JHF)? JHF adalah sebuah kumpulan musisi rap dan hip hop dari kota Yogyakarta yang didirikan tahun 2003, oleh Marzuki Mohammad alias Kill The DJ. JHF juga didukung oleh musisi hip hop kota gudeg lainnya yaitu duo Jahanam (Mamok dan Balance), Rotra (Janu Prihaminanto alias Ki Ageng Gantas), Radjapati (Lukman), serta 2 anggota ad hoc DJ Vanda dan pesinden Soimah Pancawati.
JHF menciptakan dan menyanyikan lagu-lagu bergenre hip hop dan rap. Uniknya sebagian besar lirik lagu mereka ditulis dalam bahasa Jawa. Mereka juga memasukkan unsur tradisional Jawa seperti gamelan dan sinden dalam balutan musik hip hop kreasi mereka. Semangat inilah yang menjadi karakter dari JHF. Karya mereka dapat disimak dalam album kompilasi Poetry Battle 1 (2007) dan Poetry Battle 2 (2008) serta film dokumenter perjalanan mereka selama 8 tahun dalam Hiphopdiningrat, The Tales of Javanese Hip-Hop.
JHC juga menjadi penata musik dan pengisi acara dalam pentas Laskar Dagelan (from Republik Jogja with Love). Laskar Dagelan merupakan pentas pertama dalam rangkaian acara Indonesia Kita, suatu pentas seni kolaborasi sutradara Agus Noor dan seniman Butet Kertaredjasa di Taman Ismail Marzuki beberapa waktu yang lalu. JHF juga sudah tampil membawakan hip hop Jawa mereka di beberapa panggung di luar negeri seperti Amerika Serikat, China, Korea Selatan, dan India.
Tidak melulu musik dan seni, komunitas ini juga membentuk United of Nothing (UN), sebuah wadah sosial mereka dalam membantu mengumpulkan dan menyalurkan bantuan kepada korban erupsi Gunung Merapi pada 2010 yang lalu. Wujud aksi mereka dapat kita lihat di blog UN.
Mereka juga tampil dalam iklan terbaru Intel, hal yang juga membuktikan bahwa teknologi membantu mereka dalam berkarya dan jejaring sosial membantu memperkenalkan karya mereka ke masyarakat. Kita dapat memantau kegiatan mereka di Twitter di akun @JHFcrew atau di halaman Facebook serta lewat situs mereka.
Sebagai dedengkot JHF, Kill The DJ tentunya yang menjadi corong dari grup ini. Di Twitter, kita dapat menyapanya lewat akun @killthedj. Di waktu senggang, pria yang akrab disapa Juki ini biasa berinteraksi dengan followers-nya lewat tagar #askill.


                               FOTO FOTO (JHF) Jogaja HipHop Foundation

 http://cdn.sximg.com/salingsilang.com/uploads/2011/11/Jogja-Hip-Hop-Foundation.jpg















 

Jumat, 20 Juli 2012

SEJARAH HIP HOP DI INDONESIA

kita mulai dengan sejarah awalnya dulu y gan biar ngerti
Hip Hop adalah sebuah gerakan kebudayaan yang mulai tumbuh sekitar tahun 1970’an yang dikembangkan oleh masyarakat Afro-Amerika dan Latin-Amerika. Hip Hop merupakan perpaduan yang sangat dinamis antara elemen-elemen yang terdiri dari MCing (lebih dikenal rapping), DJing, Breakdance, dan Graffiti. Belakangan ini elemen Hip Hop juga diwarnai oleh beatboxing, fashion, bahasa slang, dan gaya hidup lainnya.
Awalnya pertumbuhan Hip Hop dimulai dari The Bronx di kota New York dan terus berkembang dengan pesat hingga keseluruh dunia. Hip hop pertama kali diperkenalkan oleh seorang Afro-Amerika, Grandmaster Flash dan The Furious Five. Awalnya musik Hip Hop hanya diisi dengan musik dari Disk Jockey dengan membuat fariasi dari putaran disk hingga menghasilkan bunyi-bunyi yang unik. “Rapping” kemudian hadir untuk mengisi vokal dari bunyi-bunyi tersebut. Sedangkan untuk koreografinya, musik tersebut kemudian diisi dengan tarian patah-patah yang dikenal dengan breakdance. Pada perkembangannya Hip Hop juga dianggap sebagai bagian dari seni dan untuk mengekspresikan seni visual muncullah Graffiti sebagai bagaian dari budaya Hip Hop.
Ada pendapat yang mengatakan Hip Hop sebenarnya berasal dari kosakata Afro-Amerika, yakni hip yang secara harfiah dapat diartikan sebagai “memberitahu” atau “sekarang” dan akhiran hep. Ada juga pendapat lain yang mengatakan “hip hop” merupakan sebutan lain dari Bebop. Namun menurut Keith “Cowboy” Wiggins, salah satu anggota Grandmaster Flash and the Furious Five, istilah “hip hop” terinspirasi saat ia bercanda dengan temannya yang baru bergabung dengan Angkatan Bersenjata. Bunyi “hip hop” sendiri merupakan tiruan bunyian hentakan kaki tentara.
SEJARAH HIP HOP LUAR
1520 Sedwick Avenue adalah sebuah kawasan di New York yang diklaim sebagai tempat awal lahirnya komunitas HipHop. “Disinilah kami berasal”, cetus Clive Campbell, salah seorang yang merelakan lantai satu di rumahnya dijadikan sebuah markas untuk berkumpul. “Kebudayaan Hip Hop berawal dan lahir disini, yang nantinya akan tersebar di seluruh dunia, di sinilah kami barasal karena memang kami tidak memiliki tempat lain untuk bertemu, bukan di tempat lain” sahutnya. Selain nama tersebut, terdapat pula nama DJ Kool Herc yang memperkenalkan turntable pada saat itu di sebuah party pada tahun 1973. Pada awal penampilannya, DJ Kool Herc membawakan lagu-lagu dari James Brown, Jimmy Castor, dan Babe Rooth. Kool Herc pula lah yang akhirnya menciptakan scratch dan bunyi-bunyian aneh yang menimbulkan sebuah sensasi yang luar biasa pada saat itu.
HipHop terasa kurang lengkap tanpa MC. Celah inilah yang dilihat oleh Melle Mel, MC pertama pada dunia Hip Hop. Pada awalnya Melle Mel merasa bingung apa yang akan diucapkannya pada penampilan pertamanya tersebut, namun karena dirinya telah dipenuhi kebosanan dengan peraturan-peraturan dari pemerintah yang mengekang, akhirnya Melle Mel mengeluarkan rasa bencinya pada pemerintah dan pandangannya tentang kehidupan lewat lirik-liriknya. Mulai saat itu lah musik HipHop lebih banyak menceritakan tentang kehidupan disekitar masyarakat kulit hitam dan teriakan-teriakan serta protes suara hati mereka kepada pemerintahan yang berlaku tidak adil. Lirik-lirik musik Hip Hop cenderung keras dan tegas. Itulah Hip Hop.
Hip Hop sebagai kebudayaan diperjelas lagi pada tahun 1983 oleh Black Spades yang merupakan anggota dari Afrika Bambaataa dan The Soulsonic Force lewat track yang berjudul “Planet Rock”. Lagu ini merupakan sebuah musik Hip Hop yang menarik karena memiliki perpaduan antara rap yang sederhana dan irama musik disko yang diciptakan melalui drum electronic dan synthesizer. Pada tahun 1985 berulah dengan teknologi stereo, Run DMC, LL Cool J, The Fat Boys, Herbie Hancock, Soulsonic Force, Jazzy Jaz, dan Stetsasonic yang mengeluarkan album-album andalannya sehingga menjadi legenda musik Hip Hop hingga saat ini.
SEJARAH HIP HOP INDONESIA
kini perkembangan music di indonesia begitu pesat. Tapi music hiphop juga masih tetap terdengar walaupun industri musik indonesia kini begitu bersaing. bermula dari IWA K yang terinspirasi dari Almarhum Farid Hardja & Benyamin.S dengan lagunya yang berrima dan di baca sedikit cepat lalu IWA K memperkenalkan hiphop di indonesia yang kemudian disusul oleh DENADA namun kini DENADA sudah beralih ke dangdut, walaupun demikian perjalanan hiphop di indonesia masih belum berhenti. Munculah SINDICAT yang lagunya menjadi soundtrack serial sun go kong di televisi. Belanjut ke tahun berikutnya lahirlah NEO yang terkenal dengan singgelnya BORJU. Kemudian group-group music hiphop mulai semakin berkembang mulai dari SAYKOJI yang dulu bukan apa-apa namun kini karyanya menjadi top di tahun 2009-2010, dan masih banyak lagi raper2 yang mewarnai tanah air dari tahun ke tahun.
FARID HARDJA
MULANYA ia muncul berciri khas kepala botak dengan rambut lumayan tebal di sisi atas, kanan, dan kirinya. Kacamata yang dikenakannya diusahakan semirip mungkin dengan Elton John yang sedang jaya-jayanya di perjalanan dekade 1960-an itu. Beberapa tahun kemudian, penampilannya berubah, rambutnya kini menggumpal alias kribo. Metamoforsa itu terus berlanjut hingga akhirnya ia identik sebagai penyanyi tambun dengan pakaian seperti jubah besar bermotif warna-warni, persis seperti beragam jenis musik yang dijajalnya: dari rock n roll, jazz, balada, pop, disko, reggae, hingga dangdut.
Dalam kondisi seperti itu, Farid Hardja keluar dari sarangnya, memulai karirnya sebagai pelaku musik dengan lebih profesional pada kisaran 1966 itu. Di Bandung, Farid bergabung dengan grup De Zieger yang mengusung aliran rock n roll dengan acuan The Rolling Stones. Lama memersiapkan diri untuk berkembang di kota kembang, musisi subur yang kala itu masih berambut kribo tersebut mantap hijrah ke Jakarta. Di ibukota, Farid menjajal kemampuan musikalnya bersama beberapa band rock, sebut saja Cockpit dan Brotherhood pada 1974 serta Brown Bear pada 1975.
Hanya sebentar mengadu nasib di Jakarta, pada 1976 Farid memutuskan pulang kampung ke Sukabumi, tempat di mana ia dilahirkan pada 1950. Namun ia hanya tak diam. Farid bersiasat membentuk kelompok yang dominan memainkan musik rock and roll, R & B, serta country. Nama grup ini bercorak lokal, sederhana dan mudah diingat serta jauh tren band-band lokal kala itu yang getol memakai nama asing. Bani Adam, begitulah Farid memberi nama kelompok barunya itu. “Karena kita semua adalah umat Nabi Adam. Sebagai manusia, kita harus paham asal usul kita,” demikian alasan Farid.
BENYAMIN SUEB
Bukan hanya legendaris gambang kromong tapi juga bapak rap Indonesia.
SUATU hari, Ben sangat ingin bertemu Bing Slamet, artis pujaannya. Ben ingin lagu ciptaannya dinyanyikan Bing. Ben putar otak. Akhirnya dia dapat akal: lewat Ateng Ben dikenalkan pada Bing. Ben lalu menemui Bing di studionya, dan menawarkan lagunya. “Ini Bang lagunya,” kata Ben.
Bing membaca sekilas, moncoret-coret sedikit dan mengubah syairnya. Ben tampak puas. Dan benar, setelah lagu berjudul Nonton Bioskop itu dirilis –yang delapan tahun sebelumnya ditolak penyanyi Fenti Effendi –langsung meledak. Ben senang bukan kepalang. Dia pun ketagihan menulis lagu. Tapi, atas saran Bing Slamet, sebaiknya Ben menyanyikan lagu-lagunya sendiri. Anjuran Bin terbukti manjur. “Titik awal karier seni profesional Ben bermula dari band kecil bernama Melody Boys,” tulis Ludhy Cahyana dalam biografi Benyamin, Muka Kampung Rezeki Kota.
Bersama Rachman A, Rahmat Kartolo, Pepen Effendi, Imam Kartolo, Saidi, Zainin, Suparlan, Timbul, dan Yoyok Jauhari, Ben terus ngider dari satu klab ke klab lain, satu pentas ke pentas lainnya untuk mengejar popularitas. Ketika peruntungan mulai mendekat, pemerintahan Sukarno melarang segala yang berbau Barat. Daripada disetip peraturan, Melody Boys terpaksa berganti nama menjadi Melodi Ria.
Di tengah-tengah perjuangan bermusik itu, Ben juga nyambi ngelawak agar asap dapurnya tetap mengepul. Ben pelawak alami. Darah kocak sudah mengalir deras dalam dirinya sejak kecil. Kedekatannya dengan Letnan Dading dari Kodam Jaya membawanya begabung dalam kelompok seni Kodam Jaya. Bersama Edi Gombloh dan Dul Kamdi, Ben kemudian membentuk grup lawak Trio Kambing. Mereka lalu tur ke berbagai daerah sesuai permintaan.
Ben pun lebih terkenal sebagai pelawak ketimbang penyanyi. Suatu hari di bulan Mei 1970, ia sempat ditolak menyanyi dalam sebuah show di Cirebon, “karena nama Benyamin belum terkenal, bahkan pernah ditolak menyanyi karena dianggap takut merusak show-nya Frans Daromes,” tulis Ludhy. Tapi akhirnya Ben boleh menyanyi setelah melobi kordinator pertunjukan dengan mengatakan bahwa dirinya sudah rekaman lagu Om Senang. Saat itu lagu bertema senada, Tante Girang dan Tante Sun.
SEPULANG dari Cirebon, peruntungan Ben terus membaik. Tak lama kemudian, pada 1970, Ben mulai solo karier di dunia tarik suara. Si Jampang menjadi debutnya. Dia terus mempertahankan ciri khasnya: lagu-lagunya bertema humor dan nada yang enak di telinga, tapi sedikit mengabaikan susunan kata. Dengan solo karir dia juga bebas bereksperimen. “Dia terbilang sukses meramu spontanitas Betawi dengan celoteh, yang terkadang menggerutu dan sering ngaco,” tulis Ludhy.
Buntutnya gelar bapak rap Indonesia pun dialamatkan padanya. “Suatu ketika,” kenang Zainin, “Ben iseng memainkan gambang kromong. Tiba-tiba yang lain (teman Ben-Red.) nyeletuk, ‘Kamu kan orang Betawi, kenapa tidak menyanyikan lagu Betawi?” Mulai saat itulah Ben melirik dan serius menekuni gambang kromong. Namanya pun kian meroket.
Sayang, Ben merasa jemu bersolo. Dia kembali membuat terobosan, berduet. Tapi, beberapa kali ganti pasangan, mulai Rossy hingga Rita Zahara, “prestasi” Ben kurang menggembirakan. Sampai akhirnya dia menemukan penyanyi cilik Ida Royani, nama Ben di pentas musik nasional baru benar-benar “menggelegar”.
Cing Kaji, kakak Ben, berjasa menduetkan mereka berdua. Awalnya Ida tidak tertarik. “Bayangkan, penampilan Ida yang modis dan funky, harus menyanyi bareng Benyamin yang penampilannya, ‘sudah item, dekil lagi,’” ujar Ida sebagaimana ditulis Ludhy.
Ida waktu itu sudah menjadi penyanyi top remaja. Tapi, Ida terus dipengaruhi ibunya. “Sudah, kamu coba saja dulu,” begitu ibunya menasihati Ida. Ida akhirnya menerima tawaran duet itu. Meski kaset-kaset mereka laku keras, awalnya Ida merasa berat menjalani duet itu. Teman-temannya mencap dia kampungan. Akibatnya, dia kerap menumpahkan perasaan kesalnya ke Ben. Ben santai saja menanggapinya, “Biarin Da, gue dikatain muka kampungan, tapi rezeki kita, rezeki kota.”
Duet itu terus menanjak dan kian bersinar. Sampai-sampai penyanyi top saat itu, Lilis Suryani, merasa tersaingi. Boleh jadi salah satu penyebabnya adalah kemampuan Ida nimpalin celetukan-celetukan Ben. “Kita tidak ada persiapan sama sekali. Pokoknya spontan saja,” ujar Ida.
TAK berbeda jauh dari dunia tarik suara, di dunia layar lebar pun Ben sukses tak tanggung-tanggung. Meski awalnya enggan nyemplung ke dunia itu, Ben akhirnya tak kuasa menahan godaan bermain film. Bahkan, di dunia yang satu ini dia rela melanggar nasihat emaknya, sebab emaknya tak suka dengan gaya hidup para selebritas film. Ben mengalami dilema awalnya, tapi dia tetap berkuat hati untuk berjuang di dunia layar lebar. Abang angkatnya, Adung Saleh, turut mendukung pula. “Udahlah Min, jangan didenger emak, sengsara kita,” begitu nasihat Saleh kepada Benyamin.
Ben nurut nasehat abang tirinya. Debutnya dimulai saat membintangi Honey Money and Jakarta Fair (1970), yang disutradarai Misbach Djusa Biran. Kemudian tak lama setelah itu, melalui film besutan sutradara Turino Djunaidy, Intan Berduri, Ben memenangkan Piala Citra (1973) untuk kategori pemeran pria terbaik. Melalui film itu, menurut Gombloh, “langkah Benyamin dalam dunia seni seperti langsung langkah kanan, kayaknya cepat sekali dan dengan filmnya yang susul-menyusul, seperti Biang Kerok, Biang Kerok Beruntung, dan lain-lain.” Saking larisnya, Ben sempat dikontrak dua perusahaan film sekaligus. Tambah satu profesi, kesibukan Ben pun luar biasa. Mulai saat itu pula Ben menjalani tiga profesi sekaligus: menyanyi, melawak, dan main film.
Film-film Ben boleh dikata tak jauh dari penggambaran pengalaman pribadinya. Perkelahian, kejailan, humor dan lain sebagainya, hampir selalu mewarnai sebagian besar film-film yang Ben bintangi. Judul-judul film itu pun banyak yang memiliki kaitan dengan masa lalunya, semisal Biang Kerok atau Tarzan Kota. Tapi, justru dengan kesederhanaan itulah film-film Ben memiliki corak yang berbeda dari film-film pada umumnya kala itu. Banyak orang mencari-cari film-film Ben, bahkan hingga saat ini. Dengan film-film yang menggambarkan keseharian masyarakat itulah nama Ben makin melambung dan menjadi ikon etnis Betawi.
Kekuatan film-film Ben terutama terletak pada karakter Betawinya. Asal goblek, kocak, jail, tempramen, dan lain sebagainya, hampir selalu melekat pada tokoh yang Ben perankan. Dan Ben sangat gape melakoninya. Itulah yang menyebabkan kekuatan karakter seorang tokoh muncul, yang tanpa disadari turut membentuk pandangan pemirsanya. Improvisasi menjadi salah satu andalan Ben dalam berakting. “Betul-betul rajanya dalam berimprovisasi,” kata Putu Wijaya.
Selain itu, spontanitas Ben luar biasa. Tidak ada duanya. Kreativitasnya sangat mengagumkan. “Idenya selalu gila dan bagus. Meski naluri penghiburnya lebih bagus dari sutradara, dia tak pernah menganggap remeh. Sebaliknya, dia sangat menghargai dan tidak mau melangkahi wewenang sutradara. Itulah kelebihan yang tak dimiliki artis lainnya,” tulis Ludhy
IWA K
Iwa Kusuma (lahir di Bandung, Jawa Barat, 25 Oktober 1970; umur 39 tahun) atau lebih dikenal dengan nama panggungnya Iwa-K adalah seorang artis rap (rapper) dan juga seorang pelopor musik rap Indonesia.
Di Indonesia, nama Iwa sudah sangat menyatu dengan musik rap. Pada era 80-an, saat anak muda dilanda musik rock, Iwa sudah mulai bergelut dengan musik rap, sebuah genre musik yang lebih menekankan pada teknik berceloteh, dibanding instrumen musik. Kecintaannya pada musik asal Amerika Serikat ini bermula dari kesenangannya bermain breakdance. Iwa sangat terpikat oleh gaya bertuturnya yang begitu “groovy”, dinamis dan jujur sebagai medianya untuk berkreasi.
Iwa membentuk grup rap untuk pertama kalinya saat ia duduk di bangku kelas 1 SMA bersama teman-temannya, Sampai pada tahun 1989 akhirnya ia bersua dengan personil Guest Band, antara lain Macan Riupasa, Tori Sudarsono, Yudis Dwi Korana, Satya “N’ti” M, dan Gustav. Di sinilah ia memperoleh kesempatan untuk unjuk gigi di studio rekaman dan mulai ngerap bersama Guest Band. Dia juga berkolaborasi dengan dengan Melly Manuhutu dalam album Beatify (1991) yang dirilis di Jepang, hingga solo albumnya yang terkini Iwa masih mempercayakan Guest Music Production dalam memproduksi musiknya. Iwa pernah mengambil kuliah di FISIP jurusan Hubungan Internasional di Universitas Parahyangan, Bandung.
Tahun 1993 Iwa K mengukuhkan dirinya sebagai rapper lewat debut albumnya Kuingin Kembali. Setahun kemudian, penghargaan berupa BASF Award sudah di tangannya lewat album kedua yang bertajuk Topeng (1994). Album ketiga Kramotak! (1996) dan keempat Mesin Imajinasi (1998) meraih sukses yang sama.
DENADA
Denada Elizabeth Anggia Ayu Tambunan biasa dipanggil Denada (lahir di Jakarta, 19 Desember 1978; umur 30 tahun) adalah penyanyi dan aktris Indonesia. Putri sulung pasangan Emilia Contessa, penyanyi yang terkenal pada tahun 1970-an, dan Rio Tambunan ini awalnya penyanyi pop yang kemudian mengambil spesialisasi rap, namun belakangan terjun ke dangdut.
Denada dikenal sebagai rapper papan atas Indonesia pada awal 1990-an. Ia kemudian meninggalkan karir sebagai rapper untuk melanjutkan pendidikan di Australia. Sekembalinya dari Australia, Denada mencoba kembali ke dunia musik namun berpindah jalur ke aliran dangdut. Lagu-lagu dangdutnya sukses dan Denada bahkan masuk sebagai unggulan dalam beberapa penghargaan musik, di antaranya Anugerah Musik Indonesia dan Penghargaan MTV Indonesia pada tahun 2005. Selain itu, wanita yang pernah menempuh pendidikan di Australia ini juga menggeluti dunia akting di sinetron. Beberapa sinetron yang pernah dibintanginya di antaranya “Hari-hari Mau”, “Nyari Bini”, “Rahasia Ilahi”, dan “Cahaya Surga”.
Album RAP
* Kujelang Hari (Sambutlah) (1994)
* Ini Album Gue (1997)
SINDICAT
 
Tidak ada keterangan tentang SINDICAT namun bila anda pernah denger lagu kera sakti itulah dia.
PESTA RAP – SINDICAT KERA SAKTI LYRICS
SWEET MARTABAK
Sweet Martabak are:
LINGO a.k.a Ferri
JOHN DOE a.k.a John
Additional DJs who accompany us are usually:
DJ Flame (Freesouls) – DJ Odoto (Cronik) – DJ Schizo (Freesouls)
We are very open and would really love to work together with other fellow musicians, beat makers, DJs, or singers wether in recordings or live on stage.. doing collabo or just freestyle jam..it won’t matter much to us..
..as long as we’re feeling it then we sure gonna be doing it…
If any of you guys interested please do contact us..
Right now we are working on our album (struggling hard to finish it though..) and our plan is to release it on early 2007..wish us luck guys.
NEO

NEO adalah group rap yang berdiri resmi pada tahun 1999 yang beranggotakan 5 orang yaitu Udet, Abe, Doniel, Aldy, dan Dery. Mereka bertemu pada tahun 1993 pada festival-festival rap yang pada saat itu sedang digandrungi oleh anak-anak muda. Dan sampai saat ini NEO masih konsisten dan produktif di jalur musiknya yaitu Hip Hop.
Saat ini NEO sudah mengeluarkan album sebanyak 5 album, antara lain :
1. 1999 Borju
2. 2000 Bahagia
3. 2002 Tu..La Lit.
4. 2004 NEO (self titled)
5. 2007 BOSS
Pada album 1 dan 2 NEO semua musik di produseri oleh Iwang Noorsaid setelah itu dari album ke 3-5 NEO memproduser sendiri untuk musik arrangementnya.
Penghargaan yang telah dicapai saat ini adalah 6 piala Ami (Anugerah Musik Indonesia) kategori best album, best song, best group.
Selain itu NEO juga pernah membintangi beberapa komersial/ iklan, antara lain:
1. Sepatu SandalArdiless tahun 99 dan 2000
2. Permen, Butter Nut Collins, tahun 2001
3. BRI (Tabungan Britama) tahun 2007
4. Rokok Ace Mild tahun 2007
Seiring berjalannya waktu,HIP HOP di Indonesia makin banyak peminatnya..dan makin banyak terlahir RAPPER-RAPPER baru salah satunya SAYKOJI.
NB:
Industri musik di tanah air pernah dihebohkan dengan keluarnya album kompilasi PESTA RAP pada tahun 1995. Dalam album tersebut terdapat lagu ‘Cewek Matre’ dibawakan oleh grup BLACK SKIN yang membuat album tersebut laku dipasaran. Di dalamnya juga terdapat beberapa grup yang diseleksi melalui festival yang diadakan oleh Guest Music Production. Pada tahun 1997, PESTA RAP 2 dikeluarkan dengan hit single seperti ‘Anak Gedongan’ yang dibawakan oleh grup asal Bandung yaitu SOUND DA’ CLAN dan ‘Mati Lampu’ yang dibawakan oleh grup PAPER CLIP. Juga terdapat grup SINDIKAT 31 yang membawakan ‘Kera Sakti’. Album ini di produksi sampai PESTA RAP 3. Album PESTA RAP ini membuktikan bahwa aliran musik rap/hiphop sudah dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di Indonesia pada masa itu hingga saat ini.